PESERTA DIDIK SEBAGAI FAKTOR PENUNJANG PENDIDIKAN

OLEH : ISHANI
Magister Administrasi Pendidikan
Program Pascasarjan Universitas Syaiah Kuala

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya peserta didik, peserta didikmerupakan komponen yang sangat pentingdalam sistem pendidikan, sebab seseorang tidak bisa dikatakan sebagai pendidik apabila tidak ada yang didiknya.
Peserta didik adalah seseorang yang memiliki potensi dasar yang perlu dikembangkan melalui pendidikan, baik secara fisik maupun secara psikis, baik pendidikan itu dilingkungan keluarga, sekolah maupun dilingkungan masyarakat.
Sebagai peserta didik harus memahami hak dan kewajibannya serta melaksanakannya. Hak adalah sesuatu yang harus diterima oleh peserta didik, sedangkan kewajiban adalah sesuatu yang wajib dilakukan dan dilaksanakan oleh peserta didik, namun semua itu tidak terlepas dari keterlibatan pendidik, karena seorang pendidik harus memahami dan memberikan pemahaman tentang demensi-demensi yang terdapat didalam diri peserta didik itu sendiri. Jika seorang pendidik tidak mengetahui demensi-demensi tersebut, maka potensi yang dimiliki oleh peserta didik tersebut akan sangat sulit untuk dikembangkan. Oleh sebab itu perlu adanya pengetahuan oleh para pendidik dan juga masyarakat tentang pengertian peserta itu sendiri, karena fakta-fakta dilapangan sering ditemukan sistem pengelolaan anak didik masih mengunakan cara-cara konvensional dan lebih menekankan pengembangan kecerdasan dalam arti yang sempit dan kurang memberikan perhatian kepada pengembangan bakat kreatif peserta didik. Sehingga diperlukan pengertian dan pemahaman karakter manusia sebagai peserta didik. 
B.     Rumusan masalah
1.      Apa pengertian peserta didik?
2.      Bagaimana karakter manusia sebagai peserta didik?
3.      Demensi-demensi apa yang terdapat dalam diri pserta didik?
4.      Bagaimana batas awal dan akhir pendidikan?



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengrtian Peserta Didik
Peserta didik merupakan bagian dari organisasi sekolah dan bahan mentah yang harus di olah dan dibina oleh setiap sekolah sebagai penyelenggara Pendidikan sehinngga dapat menjadikan input yang berkualitas pada jenjang pendidikan berikutnya.
Menurut Undang-undang sistem pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 peserta didik adalah anggota Masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi dirinya melalui peroses pendidikan pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu (Ali Imran, 2012:5)
Potensi peserta didik dikembangkan dan di olah melalui proses pendidikan dan pembelajaran, dimana melalui peroses belajar mengajar diharapkan peserta didik mampu memperoleh pengetahuan, pengalaman belajar yang positif serta mampu mengimpelementasikan nilai-nilai moral dalam kehidupan kesehariannya. Dalam arti luas peserta didik adalah setiap orang yang terkait dengan peroses pendidikan sepanjang hayat, sedangkan dalam arti sempit peserta didik adalah setiap siswa yang belajar disekolah.
Peserta didik sebagai manusia yang belum dewasa merasa tergantung kepada pendidiknya, ia merasa memiliki kekurangan-kekurangan tertentu. Sebagai seorang yang masih belum dewasa, pada dasarnya mengandung banyak sekali kemungkinan untuk berkembang(Binti Maunah, 2009:83)
Dari beberapa pengertian yang telah disebutkan di atas, maka pengertian peserta didik dapat pula diartikan sebagai individu yang mengalami perkembangan dan perubahan, baik perubahan dan perkembangan fisik-motorik, perkembangan intelektual, perubahan dan perkembangan emosi maupun perkembangan sosial dan spritual. maka oleh sebab itu peserta didik harus selalu mendapatkan bimbingan dan arahan untu membentuk sikap moral dan kepribadian.
Sebuah sistem pendidikan dapat dikatakan bermutu, apabila peroses belajar mengajar di laksanakan secara baik, sistematis, menarik dan menyenangkan sehingga peserta didik selalu betah belajar dalam lingkungan pendidikan yaitu sekolah dimana ia belajar, karena pendidikan disekolah memiliki kontribusi yang besar terhadap pembentukan kemampuan dan pengalaman manusia yaitu dapat mempengaruhi dan menciptakan kondisi yang memungkinkan perkembangan pribadi peserta didik secara optimal(Teguh Triwiyanto, 2014: 75).
B.     Karakter Manusia sebagai peserta Didik
Setiap individu memiliki ciri dan sifat atau karakteristik bawaan dan karakteristik yang diperoleh dari pengaruh lingkungan. Karakteristik bawaan merupakan karekteristik keturunan yang dimiliki sejak lahir, baik yang menyangkut faktor biologis maupun faktor sosial psikologis (Sunarto, 2008:4)
Pada masa lalu ada keyakinan, kepribadian terbawa pembawaan (hereditas) dan lingkungan yang merupakan dua faktor yang terbentuk secara terpisah, masing-masing mempengaruhi kepribadian dan kemampun individu yaitu bawaan dan lingkungandengan caranya sendiri-sendiri. Secara kodrati, manusia memiliki potensi dasar yang secara esensial membedakan manusia  dengan hewan yaitu pikiran, perasaan dan khendak. Namun demikian, potensi dasar yang dimilikinya tidaklah sama bagi masing-masing manusia. Oleh karena itu sikap, minat, kemampuan berpikir, watak dan hasil belajarnya berbeda-bedaantara satu dengan yang lainnya. Dan perbedaan-perbedaan tersebut berpengaruh terhadap prilaku mereka di rumah maupun di sekolah.
Menurut Bloom, peroses belajar, baik di sekolah maupun di luar sekolah, menghasilkan tiga pembentukan kemampuan yang dikenal sebagai taxonomi Bloom, yaitu kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik.
Sebagai seorang manusia menjadi sebuah aksioma bahwa peserta didik memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, mereka adalah sangat unik dengan seluruh potensi dan kapasitas yang ada pada diri mereka, dan keunikan ini tidak dapat diseragamkan dengan satu aturan yang sama antara peserta didik yang satu dengan peserta didik yang lain, oleh karena itu, para pendidik dan lembaga sekolah harus menghargai perbedaan yang ada pada diri mereka, perbedaan yang terjadi pada diri peserta didik memang menimbulkan satu permasalahan tersendiri yang harus diketahui dan dipecahkan sehingga pengelolaan peserta didik dapat dilakukan dalam satu kerangka kerja yang terpadu, dan perbedaan-perbedaan diantara peserta didik tersebut sifatnya sangat individual, seperti perbedaan fisik, perbedaan inteligensi, perbedaan gaya belajar, perbedaan gaya berfikir, perbedaan keperibadian dan perbedaan temperamen(Masganti Sit, 2012:35)
Oleh karena itu, guru yang memiliki peran sentral dalam pembelajaran secara langsung sangat diharuskan untuk mengetahui karakteristik atau keadaan yang sebenarnya terjadi pada peserta didik. Dengan demikian, guru dapat mengantisipasi dan mengatasi adanya pengaruh buruk yang mungkin muncul dan berakibat negatif bagi pembelajaran. Identifikasi terhadap keadaan dan kondisi peserta didik baik untuk masing-masing individu maupun keseluruhan mutlak diperlukan untuk pengambilan langkah-langkah dan perlakuan untuk memilih strategi, model, media dan komponen penyusun pembelajaran lainnya.
Dari uraian diatas terdapat 3 macam karakteristik yang terdapat pada peserta didik yang perlu diperhatikan oleh guru yaitu:
1.      Karakteristik atau keadaan peserta didik yang berkenaan dengan kemampuan awal peserta didik, seperti kemampuan intelektual dan kemampuan berfikir.
2.      Karakteristik atau keadaan peserta didik yang bekenaan dengan latar belakang dan status sosial.
3.      Karakteristik atau keadaan peserta didik yang berkenaan dengan pebedaan-perbedaan kepribadian seperti sikap, perasaan, minat, dan lainnya.
Dari ketiga jenis karakteristik yang ada pada peserta didik ini, guru dapat menetukan data-data apa saja yang perlu diketahui informasinya yang digali dari peserta didik. Karena kondisi peserta didik senantiasa dapat mengalami perubahan, oleh karena itu guru khendaknya harus memantau segala perubahan yang ada pada peserta didik, baik sebelum pembelajaran dimulai, saat ketika sedang berlangsungnya pembelajaran sampai sesudah pembelajaran berakhir (Sardiman, 2011:120)
C.    Demensi-demensi yang tedapat dalam diri Peserta Didik
Sebagai Peserta didik yang memiliki perbedaan bagi setiap mereka, mereka juga memiliki demensi-demensi yang terdapat didalam diri mereka masing masing. Demensi-demensi yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1.      Demensi Fisik
Perkembangan demensi fisik bagi setiap peserta didik relativ sesuai dengan faktor genetis, menu makanan, pelatihan yang diperoleh, kebiasaan hidup, dan kondisi lingkungan. Penampakan yang terdapat pada fisik bisaberubah, misalnya ketika seorang anak dilahirkan berkulit putih, dia praktis akan menghitam jika hidupnya tinggal di daerah pantai dan kesehariannya berjemur dibawah terik matahari. Anak-anak yang punya pekejaan tambahan diluar sekolah banyak melakukan aktifitas fisik kondisi ototnya lebih kekar dibandingkan dengan anak yang tidak melakukan aktifitas sejenis.
2.      Demensi Sosial
Setiap peserta didik memiliki demensi sosial yang berbeda-beda sesuai dengan keadaan keluarga dan lingkungan dimana ia berada. Sebab keluarga dan lingkungan sangat memainkan peranan yang sangat besar dalam mempengaruhi dirinya ketika ia beriteraksi sosial dengan orang lain, apabila ia tinggal dalam  sebuah keluarga dan lingkungan memiliki nilai, semangat, jiwa sosial yang tinggi maka sedikit banyaknya secara otomatis peserta didik akan juga memiliki jiwa sosial, baik urusan yang bersifat kolektif maupun urusan yang bersifat individu.
3.      Demensi intelektual
Setiap peserta didik memiliki potensi intelektual yang harus dikembangakan, baik dalam lingkungan sekolah maupun didalam lingkungan keluarga. Pada usia sekolah dasar, anak sudah dapat mereaksi rangsangan intelektual, atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut kemampuan intelektual atau kemampuan kognitif, seperti membaca, menulis, dan menghitung.
Kemampuan intelektual pada masa ini sudah cukup untuk menjadi dasardiberikannya berbagai kecakapan yang dapat mengembangkan pola pikir atau daya nalarnya. Kepeda anak sudah dapat diberikan dasar-dasar keilmuan, dan juga sudah dapat diberikan dasar-dasar pengetahuan yang terkait dengan kehidupan manusia, hewan, lingkungan alam, lingkungan sosial budaya dan agama. Untuk mengembangkan daya nalarnya, daya cipta atau kreativitas anak, maka kepada anak perlu diberikan peluang-peluang untuk bertanya, berpendapat atau menilai.
Upaya lain yang dapat dilakukan sekolah, dalam hal ini para guru dalam mengembangkan kreativitas anak, adalah dengan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan seperti perlombaan, mengarang, mengambar, menyanyi, drama, berpidato, dan cerdas cermat yang berkaitan dengan pelajaran.
4.      Demensi Emosional
Setiap orang memilki demensi emosional didalam dirinya, rasa dan perasan merupakan salah satu potensi yang khusus dimiliki manusia. Dalam hidup atau dalam peroses pertumbuhan dan perkembangan manusia, banyak hal yang dibutuhkannya. Kebutuhan setiap orang dapat dibedakan menjadi dua kelompok besar, yaitu kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani, kebutuhan itu ada yang primer dan ada yang sekunder(Sunarto, 2008:25)
Demikian juga pada peserta didik yang juga memiliki demensi emosional yang relativ berbeda, pada usia sekolah anak mulai menyadari bahwa pengungkapan emosi secara kasar tidaklah dapat diterima atau tidak disenangi oleh orang lain. Oleh karena itu dia mulai belajar untuk mengendalikan dan mengontrol ekspresi emosinya. Kemampuan mengontrol emosi diperolehnya melalui peniruan, latihan dan pembiasaan( Syamsu Yusuf LN, 2012:63)
Dalam peroses peniruan, kemampuan orang tua atau guru dalam mengendalikan emosinya sangatlah berpengaruh. Apabila anak  dikembangkan di lingkungan keluarga yang suasana emosionalnya stabil, maka perkembangan emosi anak cendrung stabil dan sehat. Akan tetapi apabila kebiasan orang tua dalam mengekspresikan emosinya kurang stabil atau kuarang kontrol, maka perkembangan emosi anak cendrung kurang stabil dan tidak sehat.
Emosi merupakan faktor dominan yang mempengaruhi tingkah laku individu atau peserta didik, dalam hal ini termasuk pula perilaku belajar. Emosi positif seperti perasaan senang, bergairah, bersemangat atau rasa ingin tahu yang tinggi akan mempengaruhi individu dan peserta didik untuk mengkonsentrsikan dirinya terhadap aktivitas belajar.Sebaliknya, apabila yang menyertai peroses belajar itu emosi yang negatif, seperti perasaan tidak senang, kecawa, tidak bergairah,maka peroses belajar tersebut akan mengalami hambatan.
5.      Demensi Bahasa
Sesuai dengan fungsinya, bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh seseorang dalam pergaulannya atau hubungannya dengan orang lain. Oleh karena itu, pengunaan bahasa menjadi efektif sejak seorang individu atau peseta didik berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian ini tercakup semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat atau gerak dengan mengunakan kata-kata, simbol, gambar atau lukisan.  Melalui bahasa manusia dapat mengenal dirinya, sesamanya, alam sekitar, ilmu pengetahuan, dan nilai-nilai moral dan agama.
Di sekolah, perkembangan bahasa peserta didik diperkuat dengan diberikannya mata pelajaran bahasa ibu dan bahasa indonesia, dengan diberikannya bahasa indonesia di sekolah, peserta didik diharapkan dapat menguasai dan mengunakannya sebagai alat untuk berkomunikasi secara baik dengan orang lain, mengekspresikan pikiran, perasaan, sikap atau pendapatnya, memahami setiap bahan bacaan, seperti buku, koran, majalah atau referensi lain yang dibacanya. Oleh karena itu sebaiknya anak diberikan latihan untuk membuat karangan atau tulisan tentang berbagai hal yang terkait dengan pengalaman hidupnya sendiri, atau kehidupan pada umumnya.
D.    Batas awal dan akhir pendidikan
a.       Batas awal pendidikan
Yang dimaksud dengan batas awal pendidikan disini adalah kapan pendidikan itu dimulai dan kapan pendidikan itu berakhir. Langeveld menyatakan bahwa saat kapan pendidikan itu dimulai disebut batas awal dari pendidikan. Dan kapan pendidikan itu berakhir. disebut batas akhir pendidikan itu ialah saat dimana anak telah mulai sadar atau megenal kewibawaan( Binti Maunah, 2009:49 )
Al-Abdori mengatakan bahwa anak mulai dididik dalam arti sesungguhnya setelah berusia7 tahun. Oleh karena itu beliau mengkeritik orang tua yang menyekolahkan anaknya pada usia yang masih terlalu muda, yaitu usia sebelum 7 tahun.
Athiyah al-abrasi mengatakan bahwa anak mulai dididiksetelah anak berusia 5 tahun.
Zakiyah Derajat meninjau dari sisi psikologi, beliau menjelaskan bahwa usia 3-4 tahun dikenal sebagai masa pembangkang atau masa krisis. Dari segi pendidikan justru pada masa itu terbuka peluang ketidakpatuhan yang sekali gus merupakan landasan untuk menegakkan kepatuhan yang sesungguhnya. Setelah itu anak memiliki kesadaran batin atau motivasi dalam perilakunya. Disisni pula mulai terbuka penyelenggaraan pendidikan, artinya sentuhan-sentuhan pendidikan untuk menumbuh kembangkan motivasi anak dalam perilakunya ke arah tujuan pendidikan.
Pendidikan dimulai daripemeliharaan yang merupakan persiapan ke arah pendidikan yang nyata, yaitu pada minggu dan bulan pertama seseorang anak dilahirkan, sedangkan pendidikan yang sesungguhnya terjadi kemudian
Bimbingan yang dilakukan terhadap anak sejak dini mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi kehidupan masa dewasa. Jadi semua yang dipelajari anak diwaktu kecil mempunyai kesan atau pengaruh yang amatdalam baginya dan sulit dihilangkan darinya. Kesan yang diterima waktu kecil itu telah merasuk ke dalam jantung hatinya sehingga telah mendarah daging bagi dirinya. Karena itu diharapkan kepada setiap orang tua khendaknya membimbing anak-anaknya sejauh yang ia mampu.
b.      Batas Akhir Pendidikan
Sangatlah sulit untuk menetapkan kapan pendidikan itu pertama kalinya di mulai, begitu pula untuk menetapkan kapan pendidikan itu akan berakhir. Kesulitan tersebut berkaitan erat dengan kesukaran menetukan masa kematangan. Seorang anak dalam hal-hal tertentu telah mencapai kematangannya, tetapi dalam hal-hal yang lain kadang-kadang masih tetap menunjukkan sikap kekanak-kanakkan.Di samping itu masih dapat ditambahkan pula bahwa lingkungan dan keadaan kehidupan seseorang turut mempengaruhi percepatan atau tempo peroses kematangannya. Kenutaan-kenyataan itu tidak memberi peluang untuk dapat menentukan pada umur berapa pendidikan manusia harus berakhir.
Sehubungan dengan hal itu, perlu ada suatu kehati-hatian kalau ingin mengatakan bahwa sepanjang tatanan yang berlaku, peroses pendidikan itu mempunyai titik akhir yang bersifat alamiah. Untuk menetapkan batas akhir pendidikan perlu adanya kreteria, bolehkah pendidikan itu diakhiri atau belum, kreteria itu antara lain adalah:
1.      Telah dapat bertindak secara merdeka untuk mandiri peribadi, baik secara pribadi maupun sosial.
2.      Telah sangup menyambut dan merebut kedewasaan.
3.      Telah berani dan dapat memikul tanggung jawab.
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      Peserta didik merupakan bagian dari organisasi sekolah yang perludi olah dan dibina dan merupakan komponen dalam sebuah sistem pendidikan.
2.      Peserta didik merupakan sebagai individu yang mengalami perkembangan dan perubahan baik secara intelektual maupun secara sosial adalah melalui peroses pendidikan.
3.      Untuk mengatasi pengaruh buruk yang mungkin muncul dan terjadi pada diri peserta didik, maka guru yang memiliki peran sentral diharuskan mengetahui karakteristik peserta didik.
4.      peserta didik memiliki berbagai macam demensi yang terdapat dalam diri mereka yang dapat ditumbuh kembangkan yaitu demensi Fisik, demensi sosial, demensi intelektual, demensi emosional, demensi Spritual dan demensi bahasa.
5.      Pendidikan mempunyai batas awal dan akhir, batas awal pendidikan merupakan batas awal dimulainya pendidikan, dan dalam menetapkan batas akhir dari pendidikan diperlukan adanya kreteria tertentu.
B.     Saran
1.      Setiap Pendidik ketika mengajar khendaknya memperhatikan karakteristik  dalam diri peserta didik,karena berhasil atau tidaknya seorang pendidik dalam peroses pembelajaran ketika ia mampu melihat masing- masing dari peserta didik.
2.      Setiap Pendidik harus memperhatiakan demensi-demensi yang terdapat didalam diri peserta didik, seperti demensi fisik, demensi sosial, demensi intelektual, demensi emosional, sebab dalam demensi-demensi tersebut terdapat potensi besar pada setiap diri pribadi peserta didik yang dapat dikembangkan.





DAFTAR PUSTAKA

Syamsu Yusuf L.N, Nani M. Sugandhi. 2012. Perkembangan Peserta Didik.Jakarta:
Rajawali Pers
Binti Maunah. 2009. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Teras
Masganti Sit. 2012. Perkembangan Peerta Didik:Perdana Publising
Teguh Triwiyanto. 2014. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Ali Imran. 2012. Menejemen Peserta Didik Bebasis Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara
Sunarto. B, Agung Hartono. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Renaka Cipta










Previous
Next Post »